Selasa, 24 Mei 2016

Akhir Daripada Kehidupan

Menyikapi Akhir Daripada Kehidupan

Membicarakan akhir daripada kehidupan memang terkadang sulit untuk dijelaskan sebab tidak semua orang mampu melihat dan juga menganalisanya dengan baik.

Banyak orang pernah mengatakan sikap dan prilaku buruk akan mendatangkan penderitaan sementara sikap dan prilaku baik akan mendatangkan kebahagiaan.

Mendengar apa yang diucapkannya sepertinya mereka sudah pada mengerti apa yang sesungguhnya mereka cari dalam hidup namun sangat disayangkan sikap dan prilaku yang ditunjukannya kerapkali bertolak belakang dengan apa yang di ucapkannya.

Apakah ungkapan seperti itu hanya dijadikan sebagai pemanis bibir belaka? Entahlah, situasi dan kondisi seperti itu seringkali membuat sebagian besar orang bersikap acuh tak acuh terhadap berbagai akibat yang akan ditimpakan ke mereka disaat ajal sudah menjemputnya.

Banyak orang terkadang baru menyadari segala kekeliruannya bila sudah ditimpakan suatu musibah. Inilah awal terjadinya tatanan kehidupan yang dilandasi dengan sikap kepura puraan yang banyak menimpa mereka yang dalam hidupnya senantiasa menjadikan kenikmatan duniawi sebagai wujud sebuah kebahagian.

Jaman memang sudah berubah, berbagai upaya untuk memberikan penyadaran kepada mereka yang haus akan kenikmatan duniawi tidaklah semudah membalikan telapak tangan sebab mereka pada umumnya sudah memiliki pembenarannya sendiri sendiri.

Sungguhpun demikian khusus bagi kita yang masih sadar jangan pernah meniru jejak mereka yang keliru dalam menterjemahkan hakekat dan tujuan daripada kehidupan sebab semua beban penderitaan yang akan kita terima dalam kehidupan selanjutnya akan ditentukan oleh sikap dan prilaku kita sendiri.

Jadilah diri sendiri dan jadikan mereka yang benar benar memahami ajaran agama sebagai panutan agar nantinya kita bisa terhindar dari beban penderitaan yang berkepanjangan.

Beban Penderitaan Di Akhir Sebuah Kehidupan

Sungguh sangat keliru mengatakan orang yang meninggal dunia akan terlepas dari semua beban penderitaan tetapi ada kalanya justru merupakan awal dari beban penderitaan yang berkepanjangan jika semasa hidupnya mereka tidak pernah menggunakan kesempatan yang di berikan untuk menyempurnakan akhlaknya tetapi asyik berurusan dengan kepentingan duniawi.

Perlu disadari bahwa mereka yang sudah meninggal dunia yang ditinggalkan hanyalah badan kasarnya sementara rohnya akan menempati ruang ataupun tempat sesuai dengan tingkat kesempurnaan akhlaknya.

Oleh karenanya dalam ajaran agama Hindu ada di sebutkan keberadaan makhluk hidup di muka bumi ini di golongkan kedalam tiga bagian yang di sebut dengan Tri Premana yang terdiri dari: Eka Premana, Dwi Premana dan Tri Premana.

Yang termasuk golongan Eka Premana yang dalam hidupnya hanya memiliki Bayu (tenaga) yaitu golongan tumbuh tumbuhan. Kemudian Dwi Premana yang dalam hidupnya hanya memiliki Bayu (tenaga) dan Sabda (Suara) yaitu golongan Binatang. Sedangkan yang termasuk golongan Tri Premana yang dalam hidupnya memiliki Bayu (tenaga), Sabda (Suara) dan Idep (Akal/Pikiran) yaitu golongan Manusia itu sendiri.

Berdasarkan tingkatan kesempurnaannya keberadaan makhluk hidup bisa di urutkan sebagai berikut: Tumbuhan tumbuhan ---- Binatang ---- Manusia.

Keberadaan manusia di dunia di katakan sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki derajat paling tinggi dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain karena manusia memiliki ketiga unsur dimaksud yakni Bayu, Sabda, Idep.

Lalu kemanakah anda hendak melangkahkan kaki, itu semua tentunya ada di tangan anda sendiri. Kita semua tidak akan pernah tahu kapan ajal akan menjemput maka dari itu gunakan kehidupan yang sementara ini hanya untuk mengamalkan kebajikan bukan yang lain.

Dalam kaitannya dengan reinkarnasi atau kelahiran berulang setelah terlahir sebagai manusia semestinya yang kita tuju adalah bisa kembali bersatu dengan Tuhan. Sebagai gambaran jika roh yang bersemayam dalam diri nantinya menempati ruang atau tempat yang lebih rendah, tumbuhan atau binatang misalnya itu artinya sikap dan prilaku kita masih banyak sekali kekeliruannya.

Maka dari itu lahir sebagai manusia adalah sebuah kesempatan berharga untuk bisa kembali bersatu dengan Nya jangan pernah disia siakan! jadikan semua hal yang berkaitan dengan urusan duniawi hanya sebagai sebuah sarana untuk bisa menyambung hidup agar kesempatan untuk bisa meningkatkan kesempurnaan akhlak menjadi lebih panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar